Senin, 04 Februari 2008

Hari yang Sial(?)

Sabtu kemarin, saya bangun pagi dengan perasaan gembira. Pukul 8 pagi sudah beranjak dari tempat tidur, masuk kamar mandi, keluar lagi untuk memasak air panas (sungguh dingin air di pagi itu) dan seterusnya dan seterusnya hingga selesai berpakaian.

Jam 9 sudah berangkat dari rumah untuk bertemu dengan teman-teman yang lain. Di hari itu saya dan teman-teman berencana untuk merayakan ulang tahun Ismet di sebuah restoran ikan bakar Kalimantan di daerah Cimanggis. Ismet yang akan membayar tentunya.

Bayangan akan ikan bakar yang sedap dan sahabat-sahabatnya sesama lauk sudah terbayang di kepala dan terasa di bibir. Hari ini akan jadi hari yang sangat memuaskan!

Dietnya?

Hey, tidak sopan namanya kalau kita ditraktir tapi makannya sedikit. Lagipula dengan makan banyak kan sama dengan mendoakan semoga di ulang tahun ini Ismet semakin banyak rejeki dan bla bla bla. Jadi sudahlah.

Nah, setelah semua orang bertemu, berangkatlah kami bersama. Menggunakan mobil Mandy dan mobil saya yang tersayang. Masuk tol dalam kota dari Pancoran lalu sambung ke tol Jagorawi. Jalanan agak sedikit ramai tapi tidak ada masalah.

Lalu kemudian . . .

Tiba-tiba mesin mobil seakan kehilangan tenaga. Injakan kaki di pedal gas tidak memberikan reaksi sama sekali. Untung mobil masih meluncur kencang jadi bisa diarahkan ke pinggir.
Sampai pinggir, semua usaha untuk kembali menyalakan mobil tidak berbuah hasil.

Singkat cerita, mobil harus diderek pulang dan tentunya saya juga harus menyertai dia. Kasihan kalau dia harus malu sendirian. Teman-teman saya melanjutkan perjalanan dengan diiringi lambaian tangan saya dan mas-mas mobil derek.

Sampai rumah, yang ada untuk dimakan hanyalah sepotong roti melon dan . . . yah, hanya itu. Betapapun saya berusaha, rasa melon tidak bisa berubah menjadi rasa ikan bakar bambu, yang gambarnya dikirim via MMS oleh Ismet. Dan air dingin tidak bisa berubah menjadi air kelapa muda segar yang konon juga jadi menu Ismet dan kawan-kawan.

Terbersit pikiran di kepala saya. Apa kejadian ini bukan kebetulan ya? Jangan-jangan resolusi 20 kg ini begitu kuatnya hingga mempengaruhi ruang dan waktu. Merubah keadaan yang akan membuat saya menambah berat badan dan bukan menguranginya. Dan biaya yang mesti saya keluarkan untuk mobil tentunya akan sangat mengurangi budget makan dan minum di luar sekurangnya untuk beberapa minggu.
Jadi kalau mau dihubungkan dengan usaha 20 kg ini, ya memang jadi sangat membantu. Tapi ya masa sampai se-begitu-nya sih? Kalau iya berarti saya harus bersiap-siap untuk peristiwa-peristiwa tak terduga berikutnya dong?

Benar-benar saya harus mengucapkan selamat tinggal pada sahabat-sahabat saya makanan enak tampaknya. Maaf teman-teman, dunia saya memusuhi kalian sekarang. Selamat tinggal.

*Perlahan mulai meneteskan air mata*


3 komentar:

rangga mengatakan...

Gak papa, Rey, kami memikirkan loe kok selama kami makan. Dengan tertawa-tawa tentunya... hehehe

Anonim mengatakan...

i wonder how many calories you can burn by drooling over photos of good food. rey, lari sore di senayan yuk

ii

Anonim mengatakan...

Muahahahahahahahahahahahahaha......
mogok niyeeee.... :P :))
pantes kemaren gue ajakin ke bandung dikau ilpil geto...
btw, salam yeh but mobil loe... :P
gue dulu juga pernah punya mobil tua kok...
sekarang malah pespa gue...
emang banyak resé nya dibandingin senengnya...
tapi ya begitulah,, barang kesayangan emang tiada duanya...
piss....